kultur jaringan dan manfaatnya pada budidaya tebu

salah satu upaya peningkatan produksi tebu dapat dilakukan dengan peningkatan luas areal tanam tebu dan program bongkar ratoon tanaman yang sudah ada. upaya ini berdampak pada pemenuhan kebutuhan benih tebu yang sangat tinggi. kondisi saat ini   menunjukkan bahwa kebutuhan bibit tebu semakin meningkat dari tahun ketahun, sementara ketersedian bibit tebu belum mencukupi kebutuhan. kebutuhan bibit tebu per hektar berkisar 18.000 bibit dengan satu mata tunas, jika pada akhir tahun 2019 diprediksi  luas areal pertanaman tebu 2.4 juta hektar maka akan diperlukan sekitar 43.2 milyard  bibit tebu. jika ketersediaan bibit tebu belum terpenuhi maka sulit swasembada gula nasional akan terwujud. untuk menjawab tantangan pembibitan tebu, beberapa tahun lalu para peneliti di balai penelitian pemanis dan serat malang    telah mengembangkan bibit  tebu melalui kultur jaringan untuk digunakan pada tingkat penangkar kebun benih datar (kbd) dan petani pengembang. 

kultur jaringan

kultur jaringan merupakan perbanyakan tanaman melalui suatu jaringan tanaman secara vegetatif menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat sama dengan tanaman asalnya. teknik kultur jaringan dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan setiap sel tanaman untuk tumbuh dan menjadi tanaman sempurna jika berada di lingkungan yang sesuai.  kegiatan kultur jaringan dilakukan di laboratorium untuk menumbuhkan tanaman pada media agar-agar yang pada periode selanjutnya akan menjadi individu baru yang dapat ditanam di lapang.

dalam budidaya tanaman tebu ada dua cara dalam pengadaan bibit tebu yaitu dengan cara konvensional dan kultur jaringan. pada tingkat petani, umumnya bibit tanaman tebu diperbanyak secara konvensional dengan menggunakan bibit berasal dari batang tebu dengan 2–3 mata tunas atau lonjoran yang belum tumbuh yang disebut bagal, biasanya bagal diambil dari batang tanaman tebu umur 6–8 bulan. penggunaan pembibitan ini memiliki kekurangan karena membutuhkan waktu yang relatif lama dalam perbanyakan benih, membutuhkan tanaman induk dan tenaga yang banyak, kontaminasi patogen juga sulit dihindari, dan memiliki ketergantungan pada musim tanam. sehingga penyediaan benih tebu konvensional dalam skala besar, waktu cepat, jenis yang seragam, dan bebas dari organisme pengganggu tanaman (opt), sangat sulit dipenuhi pada saat dibutuhkan.

pengadaan bibit tebu dengan teknik kultur jaringan merupakan solusi pemecahannya.. penggunaan teknik kultur jaringan bertujuan untuk mengatasi keterbatasan pengadaan benih tebu secara konvensional. hal ini disebabkan faktor penggandaannya yang tinggi sehingga varietas unggul cepat diperbanyak, benih lebih terjamin kesehatannya, membutuhkan ruang yang relatif kecil, bahan tanam dan pohon induk sedikit, dan eksplan dapat diproduksi secara cepat dan banyak.

 

manfaat kultur jaringan

akselerasi  penggunaan bahan tanam tebu melalui teknik kultur jaringan  merupakan penerapan teknologi budidaya tebu dalam upaya pencapaian program swasembada gula nasional. melalui kultur jaringan tanaman tebu dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi.                                                      

beberapa keuntungan perbanyakan tebu melalui kultur jaringan antara lain;  1) tumbuhan yang dihasilkan secara genetik sama dengan induknya,  2) dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah yang lebih banyak,  3) memuliakan kemampuan produksi bibit yang mengalami tekanan penyakit sistemik, 4) bibit yang dihasilkan sehat dan bebas dari penyakit, 5) dapat dilakukan setiap saat, tidak tergantung musim, 6) dapat menyediakan bibit dalam lahan yang terbatas.  sumber: balai penelitian pemanis dan serat malang (bgn)