Pemerintah Kabupaten Lumajang terus menunjukkan komitmennya dalam menguatkan ekonomi kerakyatan berbasis pertanian melalui inovasi program unggulan daerah. Salah satunya adalah Gerbas Tani (Gerakan Belanja Sayur di Lahan Petani) 2025 yang resmi diluncurkan di Desa Kedungrejo, Kecamatan Rowokangkung, Selasa (5/8/2025).
Gerakan ini tak sekadar menjadi event seremonial. Di baliknya, mengalir semangat memperkuat kemandirian pangan nasional sekaligus mendorong tumbuhnya ekowisata berbasis pertanian yang sejalan dengan semangat Asta Cita Presiden Republik Indonesia.
Ketua TP-PKK Kabupaten Lumajang, Dewi Natalia Yudha Adji Kusuma, hadir langsung membuka kegiatan yang digelar oleh Bumdes Kedungrejo Mulyo. Didampingi jajaran Asisten Setda, pengurus TP-PKK, Forkopimca, dan tokoh masyarakat, Dewi Natalia menyampaikan apresiasi atas kolaborasi aktif masyarakat dan pemerintah desa.
“Gerbas Tani bukan sekadar kegiatan, ini adalah gerakan rakyat. Gerakan ini selaras dengan upaya menuju swasembada pangan yang terus didorong oleh pemerintah pusat,” tegasnya.
Selain memperkuat akses pasar bagi petani, Gerbas Tani juga menyajikan daya tarik baru berupa spot-spot foto alam pertanian yang estetik. Pengunjung bisa langsung memetik sayuran segar dari lahan, menciptakan pengalaman wisata agro yang semakin diminati masyarakat urban.
Bumdes Kedungrejo Mulyo menjadi aktor utama di balik kesuksesan program ini. Mereka mengelola langsung proses hulu-hilir, mulai dari penanaman, pemanenan, hingga strategi pemasaran produk. Model ini membuka jalan baru bagi desa-desa lain untuk meniru praktik baik pembangunan ekonomi lokal berbasis pertanian.
Daya tarik wisata juga ditingkatkan melalui penyediaan fasilitas edukasi pertanian untuk pelajar, UMKM kuliner berbahan baku lokal, dan ruang pamer produk-produk unggulan desa. Dengan pendekatan semacam ini, Gerbas Tani menjadi lebih dari sekadar pasar, tetapi juga pusat aktivitas sosial dan ekonomi.
Menurut Dewi Natalia, gerakan ini memiliki efek berganda (multiplier effect). “Kami berharap Gerbas Tani berdampak langsung terhadap peningkatan nilai jual sayur petani dan juga omzet UMKM yang ikut serta. Semua elemen bergerak dan merasakan manfaat,” ujarnya.
Sejumlah pengunjung mengaku senang dengan konsep petik sayur langsung. “Rasanya beda kalau panen sendiri, lebih segar dan menyenangkan,” ujar Rika, pengunjung asal Lumajang kota.
Pemerintah daerah melihat Gerbas Tani sebagai program strategis dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan luar daerah. Hal ini sejalan dengan Asta Cita 3 tentang peningkatan produktivitas rakyat dan swasembada pangan.
Kegiatan ini juga menyasar generasi muda agar lebih mengenal dunia pertanian dengan cara yang kreatif. Dalam jangka panjang, diharapkan ada regenerasi petani dan pelaku usaha tani dari kalangan milenial.
Kepala Desa Kedungrejo menyampaikan bahwa pihaknya terus mendorong Bumdes agar mampu memperluas jangkauan pemasaran, termasuk ke luar daerah. “Kami juga sedang menjajaki kerja sama dengan pelaku e-commerce untuk distribusi sayur secara online,” ungkapnya.
Upaya inovatif ini selaras dengan visi nasional untuk memperkuat perekonomian desa dan menahan laju urbanisasi. Ketika desa mampu menjadi pusat ekonomi, maka ketimpangan antara kota dan desa dapat ditekan.
Secara nasional, Gerbas Tani juga bisa menjadi model replikasi yang sesuai dengan semangat pembangunan inklusif dan berbasis potensi lokal. Dalam kerangka kebijakan nasional, program ini berkontribusi terhadap pemenuhan ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Desa dan Kementerian Pertanian, terus mendorong program serupa sebagai bentuk kemandirian desa. Oleh karena itu, Lumajang bisa menjadi rujukan dalam praktik ekonomi desa berbasis agroekowisata.
Melalui Gerbas Tani, Kabupaten Lumajang tak hanya membangun ekonomi, tetapi juga membangun identitas daerah. Identitas yang berpihak pada rakyat kecil, mengandalkan potensi lokal, dan menyatu dalam gerakan nasional. (MC Kab. Lumajang/Ferdian/An-m)