Di antara hijaunya perkebunan dan suburnya tanah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tumbuhlah sebuah produk unggulan yang kini telah menembus panggung internasional, yakni Pisang Mas Kirana. Buah yang dikenal dengan bentuk mungil dan rasa manis ini terpilih sebagai salah satu produk One Country One Priority Product (OCOP) yang mewakili Indonesia.
Pisang Mas Kirana, dengan ciri khasnya yang unik, membawa nama Lumajang ke ranah global lewat berbagai olahan seperti sale, kripik, dan rambak, yang baru-baru ini dipamerkan dalam ajang Peluncuran Regional Food and Agriculture Organization (FAO) dan Lokakarya tentang Implementasi Proyek Negara OCOP di Asia-Pasifik di China.
Keunikan Pisang Mas Kirana tidak hanya terletak pada rasa dan bentuknya yang istimewa, tetapi juga bagaimana produk ini menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat Lumajang.
Hendra Suwandaru, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lumajang, menuturkan bahwa terpilihnya Pisang Mas Kirana dalam inisiatif global ini adalah sebuah pencapaian besar.
"Semua produk dari berbagai penjuru dunia yang memiliki ciri khas unik ditampilkan dalam ajang tersebut, dan Lumajang dengan Pisang Mas Kirana menjadi wakil Indonesia. Kami mengirim produk olahan dari tiga kecamatan, termasuk sale, kripik, dan rambak," kata Hendra saat dimintai keterangan melalui telepon selulernya, Selasa (25/9/2024).
Inisiatif OCOP yang digagas oleh FAO bertujuan untuk mengangkat produk-produk agrikultur berkelas dunia yang memiliki nilai lokal dan berkelanjutan. Pisang Mas Kirana, dengan segala potensi dan kualitas unggulnya, mendapat kesempatan besar untuk dikenal di pasar internasional.
“Ini adalah peluang luar biasa bagi produk UMKM Pisang Mas Kirana untuk go international. Tidak hanya mengangkat nama Lumajang, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani melalui produk olahan bernilai tambah,” ujar Hendra.
Selain itu, ia menekankan pentingnya pendekatan berkelanjutan dalam rantai nilai produk pertanian, yang dapat memberi dampak langsung bagi para petani.
Pisang Mas Kirana juga mengajarkan sebuah pelajaran penting. Dari pisang segar hingga olahan seperti kripik dan sale, setiap produk membawa kisah tentang bagaimana buah lokal bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai lebih.
“Ini adalah bagian dari upaya meningkatkan nilai tambah bagi produk agrikultur Lumajang, terutama melalui pemanfaatan grade C pisang yang tidak layak untuk konsumsi segar namun dapat diolah menjadi produk premium,” terangnya.
Namun, tantangan berikutnya ada pada aspek packaging. Hendra menyatakan bahwa produk Pisang Mas Kirana sebetulnya sudah sangat kompetitif dibandingkan dengan produk serupa dari negara lain.
"Tetapi, untuk mampu bersaing di pasar global, pengemasan produk harus lebih menarik. Sinergi antara Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian dengan Dinas Perdagangan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas kemasan," tambahnya.
Melalui program OCOP, Pisang Mas Kirana kini tidak hanya menjadi simbol kekayaan alam Lumajang, tetapi juga bukti bahwa produk lokal bisa mendunia dengan sentuhan inovasi, semangat kolaborasi, dan komitmen terhadap keberlanjutan.
Semakin dikenal di kancah global, Pisang Mas Kirana diharapkan bisa membawa kesejahteraan bagi para petani, sekaligus menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengangkat produk lokalnya menuju pasar internasional.
Pisang Mas Kirana bukan sekadar buah, tetapi identitas, simbol ketekunan, dan bukti bahwa Lumajang memiliki potensi luar biasa yang mampu bersaing di tingkat dunia. (Kominfo-lmj/Ard)